Powered By Blogger

Monday, October 11, 2010

kamu adalah rupa namamu di hidup mereka

"kamu mau hidup kamu disingkat-singkat? yaudah makanya nulis namanya yang lengkap :| " kata Ibu Widyawati selaku guru BP dan guru Biologi di sma dulu. percakapan itu terjadi ketika saya terlambat registrasi untuk kenaikan kelas 2 sma. mau tidak mau yang terlambat harus menghadap guru BP. semenjak itulah sampai sekarang saya tidak pernah menulis nama saya di dalam formulir atau apapun di dalam dokumen resmi dengan menyingkat nama sendiri. mulai saat itu saya menghargai dan membanggakan nama panjang sendiri tanpa perlu disingkat.

sudah kebiasaan sejak jaman smp hingga kuliah s1, saya selalu mudah mengingat nama teman sekelas. sehingga sering kali saya tau setelah nama si fulan yang dipanggil maka nama si fulan selanjutnya yang akan dipanggil. dan entah kenapa, hampir semua namanya secara lengkap saya pun ingat.

mungkin itu perkara biasa sepertinya, tetapi saya mulai menyadari bahwa apa yang saya lakukan adalah bentuk penghargaan saya kepada keberadaan mereka selaku teman saya. hal itu ditandai ketika saya pernah berjumpa dan berkenalan dengan seseorang. suatu ketika kita berjumpa lagi dalam jangka waktu lama kemudian. rasa dihargai dan dihormati begitu terasa tiba-tiba ketika dia masih mengingat nama saya sendiri. bahkan tak jarang saya temui teman yang menulis nama atau menyebut nama saya dengan lengkap dan benar.

untuk menambah keakraban dan posisi mereka di hati kadang saya suka melabeli mereka bukan nama mereka sendiri tetapi dengan nama lain yang hanya dikalangan kami saja yang tahu artinya. suatu hal yang lazim sepertinya dikalangan orang banyak seperti itu. ah tapi sayangnya kadang, rasa perlakuan kita terlalu berlebihan dan menimbulkan kekecewaan tentunya ketika kita menyadari bahwa salah satu dari teman atau orang yang kita cintai lupa atau bahkan menyepelekan penulisan nama kita dalam daftar2 tulisannya. kita adalah bagaimana orang mengingat dan menulis nama kita. apakah mereka mengingat, menulis dengan salah atau benar, lengkap atau tidak lengkap, biasa atau unik? terpulang kepada masing-masing orang bro. =D

hahaha memang masih banyak sisi bentuk penghormatan terhadap oran-orang yang kita kenal koq. so, santai aja lagi. :) (mode: dalem hati tetep aja kecewa)

ah terompetlah

setelah diyakini oleh teman saya, maka saya yakin namanya bukan Neneng tetapi Ibu Eneng. Karena Ibu Neneng itu staff TU sekolah. (mode:gak penting) Ibu Eneng ini adalah seorang guru bahasa Indonesia di smp kelas 3 yang cukup berkesan hingga sekarang. walaupun sempat terlupa namanya tapi wajahnya Insha Allah masih ingat. (mode:ngeles)

masa-masa smp dulu, sebetulnya saya sangat menikmati belajar pelajaran bahasa khususnya bahasa Indonesia ketimbang belajar pelajaran yang lain. mengerjakan pr bahasa Indonesia seperti bukan beban yang harus dibawa pulang. yang paling saya suka adalah kalau mendapat tugas mengarang kalimat. khayalan saya benar-benar dinikmati 100% hanya untuk membuat sebaris kalimat. perasaan seperti itu tidak bisa dilepaskan karena gaya mengajar dari guru itu sendiri. dan Ibu Eneng-lah yang paling cocok menurut saya orang yang pantas menjadi Guru bahasa Indonesia ketimbang Guru-guru bahasa Indonesia yang lain.

kelas 1 dan 2 smp guru bahasa Indonesia-nya lelaki. pelajaran bhs Indonesia malah dibuat rumit dan membebankan. kesannya guru bahasa Indonesia ini adalah orang yang sangat pintar sehingga semua murid takjub akan kehebatan ilmu yang diajarkannya. kelas 1 sma walaupun gurunya perempuan, tetapi mengucapkan huruf "e" pada kata "ke mana" seperti mengucapkan pada kata "besok". yah you know-lah. guru di kelas 2 dan 3 sma, kesalahan dalam pelafadzan tidak terjadi seperti guru di kelas 1 walaupun masih sesama suku tetapi beliau ini galaknya naudzubillahiminzalik. sedangkan masa di S1, belajar bahasa Indonesia hanya sekedar formalitas. dan kini semasa di S2, yang dipelajari bukan bahasa Indonesia tetapi bahasa Melayu Malaysia. walaupun isi pelajarannya sama seperti orang yang sedang belajar bahasa di tingkat smp tetapi lagi-lagi belajar bahasa hanya melulu seputar grammar dan kebakuan suatu kata. terlebih perbedaan yang sedikit antara bahasa Indonesia dan bahasa Melayu Malaysia malah menjadikan belajar bahasa Melayu Malaysia lebih sulit dipelajari oleh orang Indonesia ketimbang dipelajari oleh orang asing dari negara lain.

ah sepertinya di kelas 3 smp itu masa lalu yang tidak pernah terulang. kenikmatan belajar bahasa tidak pernah saya alami setelah itu. kreativitas saya justeru mati bertekuk lutut dibawah bayang-bayang nilai karena kesalahan grammar dan kaidah baku suatu kata. ah terompetlah :( (mode:sarkastik)