Powered By Blogger

Sunday, August 22, 2010

Jangan sok tahu terhadap Takdir Allah

Dua hari berlalu setelah meninggal dunianya Ibu, disaat suasana sepi karena semua anggota keluarga sedang menjalani aktifitas maka disaat itulah saya baru bisa menitikkan air mata. Perasaan menyesal, merasa terlambat, bersalah dsb berkecamuk disaat-saat seperti itu. Lama kiranya saya merasa bahwa saya masih sedang berada dalam mimpi buruk. Memang keberadaan Ibu selama ini cukup merepotkan keluarga, tapi tidak ada satu pun dari keluarga kami yang menginginkan takdir yang diberikan Allah semacam ini.

Inilah yang dinamakan tentang Takdir Allah, tiba saatnya anak manusia diuji. Kalau Allah berkeinginan seperti ini , mau apa dikata. Sejak saat itu kata takdir selalu terngiang-ngiang di kepala. Entah konsep takdir seperti apa lagi yang harus saya pikirkan agar langsung sreg di hati. Walaupun banyak Ustadz mendeskripsikan konsep takdir, tapi tidak satu jua pun yang saya pahami.

Syukur Alhamdulillah, bahwasanya hari ini saya sedikit mendapati penerangan.  Adalah Deptartemen Kerohanian dan Book Club PPI UKM yang telah menyelenggarakan acara bedah buku “Ketika Allah Menguji Kita” yang ditulis Oleh Alwi Alatas. Sore tadi, tepatnya setelah solat Ashar di Dewan Kuliah 2 Fakulti Pengajian Islam UKM saya mengikuti acara tsb dengan hikmad. Sebuah acara yang cukup bermanfaat namun sayang sepi pengunjung.

Kawan, tak ada satu pun orang di dunia ini yang tidak mempunyai masalah. Sejak lahir hingga akhir hayat semua orang pasti punya masalah.  Perbedaan keimanan dan kedewasaan seseorang dengan lainnya sebetulnya dapat kita lihat dari bagaimana orang tersebut memandang suatu masalah. Apakah ia menanggapinya secara positif atau negatif. Masalah merupakan ujian dari Allah SWT. Agar kita bisa melalui ujian tsb dengan sukses maka kita harus selalu sadar dan ingat bahwa kita sedang diuji oleh Allah.  Banyak orang yang tidak sadar bahwa ia sedang berada dalam ujian, sehingga ia salah menyikapi dan akhirnya ia pun gagal.

Perlu diketahui bahwa yang dinamakan Ujian dari Allah itu ada dua: Ujian berupa musibah dan Ujian berupa nikmat. Solusi agar kita bisa lulus menghadapi ujian-ujian itu adalah merespon dengan sikap yang tepat. Apabila dilanda musibah maka sikap terbaik kita adalah bersabar. Sedangkan jika diberi nikmat maka seharusnya kita bersyukur.  Bagian ini cukup penting bagi saya. Saya sangat bernafsu untuk menggali lebih jauh dari kata “sabar”. Sabar itu ada tiga : sabar menaati perintah Allah, sabar menjauhi larangan Allah, dan sabar menerima takdir Allah. Sabar itu bukan berarti diam, tidak bersemangat, atau pasrah. Ini yang saya suka dan ingin saya garis bawahi. Perlu dikaji lebih jauh yang namanya sabar itu seperti apa. Sepertinya saya harus banyak belajar lagi.

Berkenaan dengan rukun iman yang terakhir, salah seorang dari peserta menceritakan mengenai perbedaan sikap pemahaman antara orang barat dengan orang timur. Jika orang barat memandang takdir dengan rasio sedangkan orang timur dengan sikap kepasrahan. Pak Alwi Alatas kemudian menjawab dengan menyatakan bahwa menyikapi takdir itu adalah dengan melihat bahwa takdir yang telah berlalu sikapilah dengan penuh penerimaan dan kesabaran sedangkan untuk takdir yang akan datang maka janganlah sok tahu. 

Jangan sok tahu. iya, jangan sok tahu terhadap takdir. Itulah poin kedua yang cukup penting. Terkadang kita tidak tahu mana takdir yang sudah berlalu (sudah tidak bisa dirubah) dengan takdir yang akan datang (yang kemungkinan bisa dirubah).  Sehingga terkadang kita salah menyikapi terhadap takdir. Jika ada yang bertanya “kenapa kamu miskin?” dan dijawab “yaa beginilah takdir saya, hidup dalam kemiskinan”. Nah, pernyataan itu adalah salah. Karena sesungguhnya hidupnya masih ada waktu untuk dirubah menjadi tidak miskin. Sayangnya ia sudah begitu pasrah sehingga menerima dengan tanpa usaha perubahan kalau dirinya adalah orang miskin. Oleh karena itu, konsep pemahaman Keimanan terhadap Qada dan Qadar sepertinya harus direvisi.

Dan akhirnya, saya syukuri karena saya semakin yakin bahwa saya harus selalu merasa diuji oleh Allah. Saya harus tahu bagaimana harus bersikap. Berkenaan dengan takdir, maka percayai bahwa ia seperti sekumpulan dari banyak kemungkinan yang kita akan hadapi. Jika kita memutuskan untuk mengambil sebuah dari beberapa pintu maka pastinya kita akan mendapati ruangan kemungkinan yang berbeda dengan pintu yang tidak kita pilih tadi. Dan di dalam ruangan itu terdapat pintu-pintu lain yang menuju ruangan lain yang berbeda yang memiliki kemungkinan-kemungkinan yang lain. Dan tentunya kita tidak tahu secara pasti ruangan kemungkinan seperti apa yang akan kita dapati setelah kita memilih sebuah pintu. Yang pastinya bahwa pintu yang kita pilih adalah yang terbaik menurut kita dan syariat Islam.

Kepergian Ibu merupakan ujian. Saya yakin ada hikmah dibalik itu semua, dan kini hati ini semakin ikhlas. Dan apakah semakin pahamnya saya tentang konsep ujian Allah akan mengundang Allah untuk memberikan ujian lain yang mungkin lebih berat? Wallahu’alam bishawab.